Pernah nggak sih kamu lagi santai-santai, tiba-tiba otakmu mulai mikir kejadian tadi pagi, lalu loncat ke masa depan, mikirin hal-hal yang… belum tentu kejadian juga? Nah, itu dia yang disebut overthinking. Aktivitas mikir berlebihan yang seringnya malah bikin kita stres sendiri.
Tapi, kenapa sih kita bisa overthinking? Apakah itu tanda kita cerdas? Atau justru pertanda ada yang salah? Yuk, kita bahas dari sisi psikologinya tapi tenang, bahasanya santai aja, kayak ngobrol sama temen.
Otak Kita Emang Didesain Buat Mikir… Kadang Kelebihan
Secara alami, otak manusia emang dirancang buat mikir. Kita belajar dari pengalaman, merencanakan masa depan, dan menimbang pilihan—semuanya kerjaan otak. Tapi kadang, otak ini kayak mesin yang kebanyakan bahan bakar: dia jalan terus tanpa rem. Alhasil, kita mulai mikirin hal-hal kecil secara berlebihan. Misalnya, “Tadi aku ngomongnya terlalu keras nggak ya?” atau “Kalo besok gagal, gimana ya?”
Menurut psikolog, ini adalah bentuk coping mechanism, alias cara otak kita menghadapi ketidakpastian. Masalahnya, kalau terlalu sering, alih-alih jadi solusi, overthinking malah bikin kita capek mental.
Overthinking dan Rasa Takut Gagal
Salah satu pemicu utama overthinking adalah rasa takut gagal. Kita terlalu khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan, takut salah langkah, atau nggak mau kecewa. Akhirnya, kita mikir terus tanpa ambil tindakan. Istilahnya, stuck di kepala sendiri.
Psikolog menyebut ini sebagai analysis paralysis—terlalu banyak mikir sampai akhirnya nggak ngapa-ngapain. Padahal, makin lama kita diem dan mikir, makin tinggi juga level stres dan cemas yang kita rasakan. Ironis, kan?
Pengaruh Masa Lalu Juga Nggak Bisa Diremehkan
Overthinking juga sering muncul karena pengalaman buruk di masa lalu. Mungkin kita pernah gagal di pekerjaan, disakiti dalam hubungan, atau dikritik habis-habisan. Tanpa sadar, pengalaman itu ngasih “bekas” di otak kita. Jadi, setiap kali kita mau ngambil keputusan, otak langsung lempar peringatan: “Eh, jangan sampai kejadian kayak dulu lagi, ya.”
Walaupun niatnya baik (buat melindungi kita), tapi efeknya kadang bikin kita terlalu hati-hati, bahkan jadi takut melangkah.
Media Sosial Bikin Overthinking Makin Parah?
Yap, ini juga salah satu faktor pemicu zaman sekarang. Saat kita buka Instagram atau TikTok, kita disuguhin kehidupan orang lain yang (kelihatannya) sempurna. Karier sukses, wajah glowing, pasangan romantis, dan hidup yang kayaknya mulus-mulus aja. Tanpa sadar, kita mulai ngebandingin diri sendiri.
Dari situ, pikiran negatif bisa muncul: “Kok hidupku gini-gini aja, ya?” atau “Apa aku salah pilih jalan hidup?” Dari cuma scroll medsos, tau-tau udah overthinking sejam sendiri.
Jadi, Gimana Cara Mengatasinya?
Overthinking itu manusiawi, tapi bukan berarti kita harus nurut terus sama pikiran sendiri. Ada beberapa cara sederhana buat menguranginya:
-
Sadari saat kamu mulai overthinking. Langkah pertama adalah sadar. Begitu kamu mulai mikir berlebihan, tarik napas, dan bilang ke diri sendiri, “Oke, aku lagi overthinking.”
-
Tulis pikiranmu. Kadang, nulis bisa jadi cara buat ‘ngeluarin’ isi kepala. Setelah ditulis, kamu bisa lihat mana yang penting, mana yang cuma ketakutan doang.
-
Lakukan aktivitas fisik. Jalan kaki, olahraga ringan, atau sekadar bersih-bersih rumah bisa bantu ngurangin beban pikiran.
-
Batasi waktu untuk mikir. Kasih waktu, misal 10 menit buat mikir dan evaluasi. Setelah itu, tutup bukunya. Lanjut jalanin hidup.
-
Cerita ke orang lain. Kadang kita cuma butuh didengerin. Cerita ke temen atau keluarga bisa bantu kita lihat masalah dari sudut pandang lain.
Penutup
Overthinking bukan berarti kamu lemah atau “banyak drama”. Itu cuma tanda kalau kamu peduli dan pengen segalanya berjalan baik. Tapi ingat, hidup ini bukan soal mikir doang—ada kalanya kita harus berani bertindak dan percaya sama proses. Jadi, mulai sekarang, yuk belajar berdamai sama pikiran sendiri.
Karena, seperti kata pepatah yang (mungkin) baru aku buat: “Lebih baik melangkah dengan ragu-ragu, daripada diam dengan penuh keraguan.”